Infografis

Infografis: Ini Hukum Sekolah Paling Abstrak Sepanjang Masa, Pernah Mengalami?

Aturan Sekolah Paling Absurd Sepanjang MasaFоtо: (Infоgrаfіѕ: Luthfу Sуаhbаn/dеtіkсоm)


Jаkаrtа – Sekolah biasanya punya aturan demi keteraturan. Tapi, nggak semua hukum masuk nalar. Beberapa sekolah di dunia ini bikin aturan yang bikin murid hingga angkat tangan! Yuk intip hukum paling absurd yang pernah ada!

Baca  : Minuman Berpemanis Batal Dikenakan Cukai Mulai Tahun Ini

Setiap generasi pelajar tentu pernah berhadapan dengan aturan-aturan sekolah yang membingungkan, bahkan terasa tidak masuk akal. Dalam dunia pendidikan formal, aturan memang dibuat untuk menciptakan kedisiplinan dan tata tertib. Namun, tak jarang ada sejumlah kebijakan yang justru membuat siswa merasa bingung karena tidak memiliki dasar yang jelas atau terlalu abstrak untuk diukur secara objektif. Salah satu contohnya adalah larangan “jangan membuat onar” atau “bersikaplah sopan sesuai norma.” Meski terdengar baik secara prinsip, aturan seperti ini seringkali tidak dijabarkan secara konkret dan bisa ditafsirkan berbeda-beda oleh guru, murid, maupun orang tua.

Sebagai contoh, ada sekolah yang melarang siswa “berperilaku tidak sesuai dengan budaya sekolah.” Namun ketika ditanya, budaya sekolah seperti apa yang dimaksud, jawabannya bisa sangat subjektif tergantung siapa yang ditanya. Hal seperti ini membuka ruang interpretasi yang sangat luas, bahkan cenderung tak adil ketika digunakan sebagai dasar memberi sanksi. Tidak jarang, siswa yang ekspresif, kreatif, atau berpikir di luar kebiasaan, dianggap melanggar aturan hanya karena tidak mengikuti pola baku yang tidak pernah benar-benar dijelaskan. Dalam hal ini, siswa tidak hanya dihadapkan pada konsekuensi, tetapi juga kebingungan terhadap dasar penilaiannya.

Mengapa Aturan Abstrak Masih Bertahan di Lingkungan Sekolah
Antara Kebutuhan Akan Ketertiban dan Kurangnya Ruang Dialog

Meski dunia pendidikan sudah mengalami banyak perubahan, termasuk dalam pendekatan pembelajaran dan komunikasi guru-siswa, masih ada sekolah yang mempertahankan hukum atau aturan abstrak. Salah satu alasannya adalah keinginan sekolah untuk menjaga ketertiban tanpa harus merinci semua bentuk pelanggaran. Dalam konsep ini, aturan sengaja dibuat fleksibel agar bisa menjangkau situasi yang belum diprediksi sebelumnya. Sayangnya, fleksibilitas ini sering berujung pada kesewenang-wenangan, karena kriteria benar atau salah menjadi tergantung pada siapa yang menilai, bukan berdasarkan aturan yang tegas dan transparan.

Ada pula budaya hierarki yang begitu kuat dalam banyak institusi pendidikan, di mana suara siswa tidak memiliki tempat yang cukup dalam menentukan kebijakan. Ketika siswa mempertanyakan aturan, seringkali dianggap membangkang atau tidak patuh. Padahal, pertanyaan itu muncul karena aturan yang dijalankan tidak bisa dijelaskan secara logis atau aplikatif. Ini menimbulkan rasa ketidaknyamanan, bahkan ketidakpercayaan terhadap sistem sekolah. Dalam jangka panjang, aturan yang abstrak bukan hanya menyulitkan siswa, tapi juga guru, karena menciptakan ketidakpastian dalam proses mendidik.

Penutup: Saatnya Membuka Ruang untuk Refleksi Bersama

Aturan dalam lingkungan sekolah sejatinya harus berangkat dari semangat untuk mendidik, bukan semata-mata mengontrol. Hukum yang abstrak, meskipun dibuat dengan maksud menjaga nilai-nilai tertentu, sebaiknya ditinjau kembali dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk siswa sebagai subjek yang menjalani proses pendidikan. Jika sekolah ingin mencetak generasi yang berpikir kritis, maka sudah seharusnya pula hukum-hukum yang berlaku dapat dijelaskan dengan logis dan manusiawi. Membuka ruang dialog untuk membahas aturan-aturan yang dianggap abstrak bisa menjadi langkah awal membangun sistem pendidikan yang lebih adil dan membumi.

Leave a Comment