Jаkаrtа – Presiden Iran Masoud Pezeshkian memperingatkan Israel akan meratapi serangan militer ke Teheran. Iran memilih akan merespons dengan tegas serangan Israel yang menewaskan 224 orang.
Peringatan keras kembali disampaikan Presiden Iran kepada Israel dalam pernyataan publik yang memicu perhatian dunia internasional. Dalam pidatonya yang disiarkan media pemerintah, Presiden Iran mengingatkan bahwa segala bentuk agresi terhadap negaranya akan dibalas dengan cara yang tidak hanya bersifat militer, tetapi juga berdampak strategis jangka panjang. “Israel akan meratapi tindakannya jika menyerang kami,” ucapnya dengan nada tegas. Ia menegaskan bahwa Iran memiliki kekuatan penuh untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan akan menggunakan segala sarana yang dimiliki jika situasi menuntut.
Baca : Perang Iran Vs Israel: Permulaan Mula Sampai Penyebab Berbalas Rudal
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah, yang dipicu oleh serangkaian serangan drone dan roket yang diyakini berasal dari kelompok-kelompok yang didukung Teheran. Iran sendiri secara resmi menyangkal keterlibatan langsung dalam sejumlah serangan tersebut, namun solidaritasnya dengan kelompok-kelompok perlawanan di Palestina dan Lebanon bukanlah hal yang disembunyikan. Dalam pidatonya, Presiden Iran juga mengulang kembali komitmen negaranya terhadap pembelaan atas rakyat Palestina yang ia sebut sebagai “tugas moral dan spiritual bangsa Iran.” Ia pun mengklaim bahwa setiap tindakan provokatif dari Israel hanya akan mempercepat kehancuran entitas tersebut di kawasan.
Tegangan Politik dan Dukungan Regional terhadap Iran
Dalam beberapa bulan terakhir, Iran semakin aktif menjalin komunikasi strategis dengan negara-negara sekutunya di kawasan seperti Suriah, Irak, dan Lebanon. Dukungan dari kelompok bersenjata seperti Hizbullah serta milisi Syiah di berbagai wilayah menjadi bagian dari jaringan pertahanan tidak langsung yang disebut Iran sebagai “garis merah” terhadap serangan eksternal. Pernyataan terbaru dari Presiden Iran juga mengandung pesan tersirat kepada negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang dianggap memberi perlindungan politik dan militer terhadap Israel.
Dalam beberapa kesempatan, para pejabat Iran juga menuduh Israel melakukan tindakan provokatif melalui operasi intelijen dan serangan udara terhadap fasilitas-fasilitas strategis di Suriah yang dianggap terkait dengan Iran. Hal ini semakin memperkeruh hubungan kedua negara yang memang sudah dalam kondisi bermusuhan selama beberapa dekade. Iran menyatakan bahwa setiap pelanggaran terhadap batas wilayah atau kepentingan nasionalnya akan dianggap sebagai deklarasi perang dan dibalas dengan tindakan sepadan.
Meski demikian, sejumlah pengamat internasional mengingatkan bahwa eskalasi konflik antara Iran dan Israel berisiko menyeret kawasan ke dalam perang terbuka yang luas. Negara-negara Arab di Teluk serta Turki dan Rusia mengikuti perkembangan ini dengan seksama, mengingat potensi guncangan ekonomi dan keamanan yang bisa terjadi akibat pecahnya konflik besar. Iran sendiri tampaknya ingin menunjukkan bahwa mereka tidak gentar dan siap menghadapi segala kemungkinan, namun tetap membuka pintu diplomasi bagi negara-negara yang bersikap adil dalam konflik Timur Tengah.
Penutup
Pernyataan Presiden Iran yang memperingatkan Israel agar tidak melakukan serangan ke wilayahnya memperlihatkan betapa tegangnya situasi geopolitik di Timur Tengah saat ini. Dengan latar belakang konflik berkepanjangan dan hubungan diplomatik yang rapuh, peringatan ini tidak bisa dianggap enteng. Iran tampaknya ingin menegaskan bahwa mereka memiliki daya tahan dan kemampuan untuk membalas setiap serangan yang mengancam integritas negaranya. Namun dalam dinamika global yang serba cepat, setiap tindakan sepihak dapat memicu dampak yang luas, tidak hanya bagi kawasan, tetapi juga bagi stabilitas dunia.
